Senin, 29 Desember 2014

Unforgettable Moment

Akhir-akhir ini suasana rumah sedang tidak menyenangkan. Kembalinya DIA di rumah membuat suasana rumah sedikit lebih panas. Beberapa kali terjadi pertengkaran yang aku sendiri menganggap semua itu lantaran sesuatu yang sepele. Mereka terlalu membesar-besarkan dan membuat pertengkaran semakin menjadi. Aku tak pernah berkeinginan untuk ikut campur dalam pertengkaran mereka, selama tidak benar-benar mengganggu telingaku.
Aku mulai muak dengan pertengkaran yang kerap terjadi. Rumah yang kubangun dengan harapan tenteram dan nyaman tinggal di dalamnya, tampaknya hanya akan menjadi angan-angan saja selama DIA masih tinggal di rumah ini. Aku pun sudah tak ada niat untuk bicara dan berbaik hati dengannya. Mulutku akan menjadi kaku saat mulai berhadapan dengannya. Sungguh tak lagi ada keinginan untuk berbicara dengannya.
Cincin Kawinku?..
Aku memutuskan untuk mengambil cuti lebih awal dari tanggal perkiraan melahirkan. Mengapa? Selain aku merasa lelah bekerja dengan perut buncit yang telah berumur Sembilan bulan, aku juga sering merasakan sakit yang aku pikir itu sudah tanda-tanda waktu melahirkan sudah dekat. Memang Pemerintah memberikan kebijakan cuti selama tiga bulan bagi pegawai yang akan melahirkan, akan tetapi aku hanya akan mengambil cuti selama satu bulan. Aku pikir terlalu banyak pekerjaan yang kutinggalkan di kantor, mengingat awal tahun adalah saat dimana pekerjaanku menumpuk dan tak ada yang bisa menyelesaikan. Ya, semua teman-temanku telah mempunyai tugas masing-masing. Akan terlalu berat rasanya jika pekerjaanku harus dibagi lagi kepada mereka. Selain itu, akan lebih membosankan berada di rumah terlalu lama apalagi tak ada yang menjamin pertengkaran tak akan terjadi lagi di rumah.
Sudah dua minggu aku istirahat di rumah, belum juga ada tanda-tanda aku akan melahirkan. Rasa sakit yang sering aku rasakan di akhir aku bekerja pun sudah tak pernah lagi aku rasakan selama aku cuti. Yang ada aku malah merasa semakin gendut, pastilah berat badanku naik lagi. Hmm.. jariku pun tampak membesar. Cincin yang melingkar di jari manisku pun terasa sedikit sempit. Aku jadi teringat cincin kawin yang telah lama kutanggalkan lantaran selama ini memang longgar di jariku. Cincin itu sudah lama kusimpan karna takut terlepas dari jariku. Karna kulihat jariku sudah agak gendutan, mungkin saja cincin itu sekarang pas. Segera kubuka lemari pakaianku, meraba di tumpukan baju paling bawah. Aku menyimpan cincin itu disana. Tapi, kok nggak ada? Seingatku aku tak pernah memindahkan barang itu kemana-mana. Aku yakin aku menyimpannya disana. Segera aku memberi tahu  suamiku akan hal itu. Ia mencoba untuk menenangkanku dan memintaku mencarinya sekali lagi. Aku pun langsung membongkar semua isi lemari. Berharap cincin itu terselip di suatu tempat. Tapi, harapan itu sirna. Cincin itu tak kutemukan. Aku dan suamiku hanya saling bertatapan. Ya, cincin itu hilang. Seseorang telah mengambilnya. Kami yakin itu. Kami sama-sama tahu siapa yang patut dicurigai dalam hal ini. Sungguh tak ada orang lain yang berani mengambil barang-barang kami selain DIA. Itu bukan barang yang pertama yang pernah ia ambil tanpa sepengetahuan kami. Aku tak bisa lagi berkata-kata. Hanya kata ‘tega’ yang terus terucap di hatiku. Suamiku memintaku untuk mengikhlaskannya. Ia tahu barang itu sudah tak ada lagi. Percuma mempertanyakannya, hanya akan membuat keributan di rumah ini lagi. Sungguh tak bisa dipercaya, DIA setega itu terhadapku.
Akhirnya Hari itu Datang Juga..
Tanggal 10 Desember 2014 pukul 9 pagi, kulihat ada bercak darah keluar dari daerah kewanitaanku. Sepertinya ini tanda-tanda aku akan segera melahirkan. Tapi, tak ada rasa sakit. Ini akan menjadi kali kedua aku melahirkan, tapi jujur tanda-tanda yang ada kini berbeda ketika aku akan melahirkan anak pertama. Ketika aku akan melahirkan anak pertama, hanya rasa sakit yang aku rasakan terlebih dahulu. Tak ada darah, tak ada pecah ketuban seperti yang orang-orang ceritakan. Kali ini aku hanya melihat bercak darah. Ah, mungkin aku harus menunggu tanda-tanda berikutnya. Mungkin aku harus menunggu rasa sakit itu muncul.
Tak hanya tanda-tanda itu yang membuatku bingung hari ini, tiba-tiba anak pertamaku sakit. Diare dan demam. Sungguh sedih rasanya melihat keadaan anakku yang sedang sakit. Lalu bagaimana jika benar aku akan melahirkan. Itu artinya aku harus meninggalkan ia hanya berdua dengan ibuku. Cepat sembuh nak.
Di saat aku sedang sibuk mengurus anakku yang sedang sakit, DIA datang dan bermaksud ingin meminjam sepeda motorku. Sebenarnya aku sudah enggan bicara dengannya, apalagi meminjamkan sesuatu kepadanya. Akan tetapi aku hanya ingat satu hal, bahwa DIA bukanlah orang lain bagiku. Tak tega juga rasanya jika menolak permintaannya. Akhirnya aku meminjamkan sepeda motorku. Sebelumnya aku berpesan agar tak memakainya terlalu lama karena aku akan memakainya. Mungkin hari ini aku akan melahirkan, keberadaan sepeda motor di rumah pastilah sangat dibutuhkan jika terjadi apa-apa. Begitulah pesanku sebelum akhirnya ia membawa sepeda motorku pergi entah untuk kepentingan apa, aku pun tak begitu peduli dengan alasan yang ia utarakan padaku. Aku tahu itu hanyalah bohong belaka.
Sampai sore hari, tak ada tanda-tanda berikutnya bahwa aku akan melahirkan. Malah tak ada tanda sama sekali. Tak ada bercak darah, tak ada rasa sakit. Suamiku yang mengetahui hal itu merasa sedikit khawatir. Ia mengajakku untuk memeriksakan diri ke rumah sakit. Akhirnya aku pun menurutinya hanya untuk memastikan bahwa hal ini bukanlah sesuatu yang berbahaya.
Kami berdua kemudian pergi ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit segera aku utarakan kepada dokter tentang tanda-tanda yang aku alami tadi pagi. Kemudian aku diperiksa oleh perawat. Benar saja, pembukaan satu. Dokter menyarankan agar aku segera rawat inap, tapi aku tahu bahwa pembukaan satu adalah awal perjalanan. Tentu aku akan mati kebosanan berada di rumah sakit menunggu hingga waktu melahirkan. Selain itu, aku mengingat anakku yang sedang sakit di rumah. Aku masih ingin bersamanya saat ini. Akhirnya dokter mengizinkan aku pulang dengan catatan untuk segera kembali ke rumah sakit jika telah merasa sakit atau tanda-tanda lain seperti pecah ketuban contohnya.
Dalam perjalanan pulang, suamiku menanyakan tentang sepeda motorku yang tak ada di rumah. Aku katakan DIA meminjamnya tadi pagi dan sampai sekarang belum pulang. Tak ingin berpikir yang tidak-tidak saat ini, hanya berharap ia segera kembali.
Sesampainya di rumah, aku segera menemui anakku. Kuajaknya ia untuk segera tidur. Hanya dengan beberapa lagu kunyanyikan, ia sudah terlelap. Tak lama aku pun memutuskan untuk tidur, esok pagi mungkin akan menjadi hari yang melelahkan. Suamiku yang biasanya selalu terlambat tidur pun memutuskan untuk segera tidur.
Pukul 04.00 dini hari, aku terbangun. Kurasakan basah di daerah kewanitaanku. Tapi, hanya sedikit basah. Itukah namanya pecah ketuban. Aku benar-benar tak yakin. Orang bilang pecah ketuban itu mengeluarkan air yang banyak. Segera aku tanyakan ibuku, tapi tanggapannya tidak terlalu meyakinkan. Hmm.. ya, mungkin beliau sudah lupa. Sudah 26 tahun yang lalu terakhir ia merasakan hal seperti yang aku rasakan saat ini.
Suamiku bangun dengan panik begitu aku memberitahukan mengenai sesuatu yang ‘basah’ itu.  Ia langsung beranjak dari tempat tidur dan memintaku bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit. Akhirnya aku dan suamiku pergi ke rumah sakit, meninggalkan anakku yang masih tidur. Kuminta ibu untuk menjaganya selama aku tak di rumah.
Dengan sepeda motor putih milik suamiku, kami berangkat menuju rumah sakit. Jalanan masih gelap dan dingin. Rumah-rumah masih tertutup rapat. Lampu teras mereka pun masih menyala. Hanya beberapa kendaraan yang melintas di jalanan yang sama dengan yang kami lalui. Ada penjual sayur, becak motor dan beberapa mobil yang pastinya mereka punya kepentingan sendiri-sendiri pagi ini.
Kami melalui jalan bypass. Jalanan ini sering kulalui jika akan pergi ke kantor. Pagi hari yang masih gelap seperti ini jalanan ini terasa lengang. Terasa lebih panjang dari biasanya. Dan juga terasa lebih dingin. Aku dan suamiku hanya berdiam diri melalui jalanan ini. Entah apa yang ada dalam pikiran suamiku, aku pun tak tahu apa yang kupikirkan saat itu. Benar-benar merasa kacau. Kutenangkan diriku hanya dengan diam.
Sesampainya di rumah sakit, aku langsung menuju ruang VK. Aku tak tau apa kepanjangan dari singkatan itu, tapi yang kutahu disanalah tempat dikumpulnya para calon ibu yang akan dan telah melahirkan. Kulihat banyak yang terbaring dengan selang-selang infuse terjulur di tangan mereka. Kebanyakan dari mereka telah melahirkan. Hanya ada beberapa yang masih buncit sepertiku. Dokter yang sedang berjaga saat itu memintaku berbaring di tempat tidur yang masih kosong. Ia akan segera memeriksaku. Dokter yang kutemui tadi malam, ia masih mengenaliku dan tertawa kecil saat tahu aku kembali lagi sepagi ini. Ia menanyaiku beberapa pertanyaan yang segera kujawab dengan mudah. Hehehe tentu saja, hanya pertanyaan tentang riwayatku melahirkan. Bukan soal ujian yang mengharuskan aku menghafal banyak buku. :D
Dokter telah memeriksaku. Pembukaan dua, dokter itu memberitahuku sambil berlalu. Astaga, baru pembukaan dua.
Pukul 5.00 pagi, aku mulai merasa sakit tapi tak terlalu. Aku mengenali rasa sakit itu. Sakit yang kemudian menghilang, dan tak lama terasa sakit lagi. Pernah kurasakan dua tahun lalu. Rasa sakit ini akan menjadi sangat menyakitkan selang berjalannya waktu, kucoba untuk mengumpulkan keberanian dan kesabaran. Aku harus lebih kuat, kali ini aku tak ingin mengeluh kesakitan seperti saat pertama aku melahirkan. Aku sadar kali ini hanya aku berdua dengan suamiku. Aku tak mau membuatnya panik dan bingung. Saat sakit itu datang, aku akan segera beranjak dari tempat tidurku dan berjalan-jalan sebentar sambil menggosok-gosokkan tanganku di punggung. Aku kembali ke tempat tidur saat sakit itu menghilang.
Welcome to the World, Son..
Entah sudah berapa kali aku diperiksa selama berada di ruang VK. Berganti-ganti pula orang yang datang memeriksaku. Ada kalanya dokter, bidan, perawat, dan lebih seringnya mahasiswa dari sekolah kesehatan yang sedang PKL di rumah sakit itu. Rasa sakit yang aku rasakan pun semakin menjadi. Terasa lebih sakit dari awalnya. Kuhibur diriku dengan bermain game, mendengarkan music bahkan memperhatikan dokter-dokter ganteng yang mirip actor korea hehehe..
Sakit dan sangat sakit. Lama-lama aku tak sanggup berjalan. Aku terbaring di tempat tidur dengan rasa sakit yang teramat itu. Kugenggam tangan suamiku, berharap mendapatkan kekuatan darinya. Tiba-tiba.. Pok! Seperti ada yang pecah. Kurasakan daerah kewanitaanku kemudian mengeluarkan air. Air yang sangat banyak hingga membasahi pakaian yang kukenakan saat itu. Ini baru pecah ketuban. Segera kuberitahukan suamiku dan ia pun pergi untuk memberitahu perawat. Ia tampak panik. Kadang aku ingin tertawa jika mengingat ekspresi wajahnya saat itu. Ia sangat panik dan bingung.
Beberapa wanita berseragam putih mendatangiku. Salah satu diantaranya memeriksaku, melihat air yang membasahiku. Ia meminta wanita yang berseragam putih lainnya untuk memasangkanku pampers. Lho kok? Kan airnya sudah keluar? Hmm.. entahlah apa maksudnya tapi aku pasrah aja. Aku lebih peduli dengan rasa sakit yang sudah memuncak ini.
Di tengah-tengah kebingungan suamiku, tiba-tiba tetangga rumahku datang. Seorang wanita yang lebih tua beberapa tahun dariku. Kami memang akrab. Aku meemberitahunya saat masuk rumah sakit dan ia berjanji akan datang. Ia menepati janjinya di saat yang tepat. Ia melihatku merasakan sakit, menanyaiku beberapa pertanyaan yang untuk menjawabnya aku membutuhkan kesabaran karna kekuatanku terbagi dengan menahan rasa sakit ini tanpa harus teriak-teriak. Ia kemudian menggosok-gosok punggungku dan suamiku tetap disampingku dengan terus menggenggam tanganku. Di saat sakit itu datang dan aku tak sanggup lagi menahannya, ia hanya membisikkanku untuk kuat dan sabar.
Pukul 15.30 aku merasa bayi yang ada di perutku ini akan segera keluar. Wanita yang tadi mengobati sakitku dengan terus menggosok-gosokkan tangannya di punggungku itu pun langsung berlari memberi tahu perawat. Segera dokter dan perawat menghampiriku, memeriksaku sebentar dan kemudian meminta agar aku dipindahkan ke ruang bersalin. Tetap dengan suami dan tetanggaku yang terus berada disampingku.
Setibanya di ruang bersalin, dokter itu memintaku berdiri dan pindah ke tempat tidur bersalin. What??? Anda sudah gila? Bayinya sudah mau keluar bu dokter. Nggak mau. Terjadi perdebatan kecil saat itu antara aku dan dokter yang akhirnya bu dokter mengalah dengan membiarkanku melahirkan di tempat tidur pertamaku dari ruang VK. Tak lama. Hanya beberapa kali mengedan kemudian terdengar suara nyaring tangisan seorang bayi. Welcome to the World Son.
Akhirnya, seorang bayi tampan berkulit putih (mudah-mudahan gak luntur :D) dengan berat 3,3 kg dan panjang 51 cm telah lahir. Dialah putra keduaku. Alhamdulillah, tak henti-hentinya kupanjatkan syukur kepada Allah SWT yang masih melindungiku hingga anakku lahir dengan selamat.
Panggil Aku ‘Dul’
Sudah dua minggu setelah kelahiran putra keduaku, tapi belum juga ada sebuah nama yang cocok di hati suamiku untuk diberikan padanya. Memang, suamiku meminta agar ia yang mencarikan nama untuk putra kedua kami. Beberapa usulan yang aku berikan pun ditolak. Sudah banyak yang bertanya ‘siapakah nama si kecil?’ yang kemudian kujawab belum ada. Agak mengherankan memang karna sudah dua minggu lebih bayi mungil ini belum memiliki nama. Akhirnya aku memutuskan untuk memanggilnya ‘Dul’. Nama panggilan yang sederhana tapi aku menyukainya. Semoga kamu juga menyukainya nak. :)
Kebahagiaan Esok Hari..
Kuakui kelahiran putra keduaku ini ada banyak musibah yang kualami. Sampai saat tulisan ini aku selesaikan, DIA tak kunjung pulang. Hilang bersama sepeda motorku. Sepeda motor pertama yang pernah kumiliki.
Walaupun DIA tak ada lagi di rumah, kerap aku masih merasakan ketidaknyamanan tinggal di rumah itu. Masih ada orang yang tak bisa mengerti keadaanku saat ini. Ada kalanya aku merasa tersudutkan. Sedih rasanya. Tapi ku coba terus untuk kuat. Kucoba untuk mengikhlaskan semuanya. Aku akan baik-baik saja. Masih ada suamiku yang terus menghiburku. Ada anak-anakku yang menjadi penyemangatku. Kuharap semua musibah yang sedang kami alami ini adalah ujian yang menjadikannya penghapus segala dosa kami. Kami pasti bisa melalui semua ini. Aku yakin semua akan tergantikan dengan sesuatu yang lebih baik.
Akan ku buang jauh-jauh segala kesedihan dan kebencian dalam diriku. Kusambut tahun baru dengan suka cita. Esok kuharap akan menjadi hari yang lebih baik. Happy New Year 2015.. 

Selasa, 07 Oktober 2014

Last Night

Last night, I felt so empty. I didn't know why. I just felt so afraid with someday. The day when he wants to leave me.
Lately, I always be angry with him, with something, very small things. Maybe it's the effect of my pregnancy. I always in irascibility. Sometimes, I can't control my anger.
That night, I knew he still had the pip with my act yesterday. I asked him, if he still mad with me. He told me that he doesn't like my temper. He wants me to change my attitude. He wants me to be a good wife, mom for our son. I asked him again, when I lost control and I'll be so angry, always and can't change what I am to be, do you still love me and stay with me? He answered, and I understand. I don't know how I feel, but the night feels like empty and so cold. I realize that nothing is eternal but I don't wanna lose his feeling to me.
Maybe I feel disappointed or realize or hopeless. This is me, I don't know 'can I change my nature?' and 'can I retain the one I love?'. The time will answer all of my question, but I will always try to be better. Not change anything but I'll do my best. Love you my sweet heart..

Kamis, 03 Juli 2014

I am not like you said

Hi...
I know, u'll smile when I start to type something on you. Yes, I have problem. I wanna say it to someone, but I don't know who can understand, who want to listen.
Sorry if I just share the bad news to you, but I know that you will understand and you will listen to me.
Today I feel so bad. Again.
I've heard someone say something about me. Something that makes me realize and ask to myself, is that true? am I like that?
I have told someone about the truth. The truth is the badness of someone else. I told her about that and I don't hope anything from that. I don't hope she will tell someone else and else about that. Finally, a problem appears from the story. But I guess it's not because of me, I just told the truth. I don't know if what I've said is something that they call 'provoke'. I've never meant like that.
I told about the truth and I was not alone. I and my friend talked about it. But why? When the problem comes, I become the bad one. He said that I started it. It was my opinion. Hey, I've never talked about someone else if he didn't start it and asked me first. But why he talk something different now? I become the bad one. It's so annoying. I don't regret with the thing I've said because it's the truth, it's something bad and it should be stopped. But why the one who were so excited to talk about it, now he becomes the one who is so regret it and blame others. And why they said that I was provocateur? Am I like that?
Sometimes I cannot understand about others thought. If the truth is something that has to buried, I will shut my mouth and let all the truth hidden.

Selasa, 25 Februari 2014

Make it the Last

Lately, I often faced bad situations. You can call it 'UNLUCKY'. The word I hate and don't ever wanna say it in my life. Since January, I faced the bad situations that make me uncomfortable. In the end of January, I had a miscarriage. I lost my baby. Thereafter, My mom went to the mat with my brother. They are like cat and dog. Again and again made a row. And since that time they are not talking to each other. So annoying.
Many bad experiences happen in my life. The sadness came together with the hatred. I've tried to be patient and faced it all. I wish it could be end. But.. Hmmm... Really, I don't know what's wrong with me. I see everybody has change. They become unfriendly. They, my friends, my family, the people who I met on the road. They look like hate me. What I have done? have I done bad things?
There is a problem. A problem that I myself can't understand it. My friend seems to be angry with me. I don't know why. But she didn't answer my call, not replied my text. I asked her 'why', but there was not respond. I was not in a good mood yesterday. I've tried to be a good girl. I asked her nicely, but she didn't care. So? I decided to end it all. Just do what you want to do. I don't care anymore.
I don't know, why the problems came and went in the beginning of this year. When I hope the happiness to come unremitting, I actually get a lot of problems. How a pity.
Today, I ticketed. I just take a deep breath. What else?

The Ticket
I hope it's the last..

Kamis, 20 Februari 2014

Remember You

Today I feel so empty. I don't know why. How make it right? I hate this feeling.
I feel that I am no one. Useless. Nothing I can do.
Today makes me remember someone. Someone who has gone. So far away.
Actually, I don't miss him. I know he's in the better place now. But, this heartache can't understand it. Many words didn't said, many questions had never answered. I wanna see him. I wanna meet him once again. I have so much to say. I wanna ask him, something that makes me confuse. Until now, I don't know about his feeling to me. I've never heard that he loved me. I've never heard he say it to me but he's so far away.
Why you leave me like this? Why you leave me without explain all of this confusion?
Sometimes I hate you, Sometimes I regret about everything happen to us, but sometimes I miss you dad.. I miss you so much..