Rabu, 31 Agustus 2016

Pelajaran Hidup

Setiap detik, menit, jam, hari yang kita lalui, ada banyak hal yang akan terjadi. Sesuatu yang tak pernah kita tau dan tak pernah kita duga mungkin akan terjadi. Sesuatu yang bisa membuat kita tertawa dan sesuatu yang bisa membuat kita menangis bisa datang dalam waktu yang berdekatan. Kita selalu merencanakan sesuatu untuk hari ini, esok, lusa dan hari-hari berikutnya, tapi ada yang mempunyai kuasa untuk menghendaki hal yang kita rencanakan akan terjadi atau tidak. Kita tidak dapat menghindari sesuatu yang baik, begitupun dengan sesuatu yang buruk terjadi. 
Di saat kita merencanakan sesuatu yang membahagiakan, tak bisa dihindari jika sesuatu yang menyesakkan dada yang akan terjadi.  Belakangan ini aku merasa sulit sekali untuk bernafas, berat sekali untuk melangkahkan kaki, tak bisa menengadahkan kepala, sampai tak dapat berkata-kata. Sesuatu yang terasa sangat berat dan membingungkan terjadi. Apa ini? Ini seperti badai. Wah... what I have to do?
Aku marah dan terus melawan hingga rasanya seperti tercekik. Sesak dan sakit sekali. Aku menangis dan terus menangis sampai lelah. Di tengah kebingungan itu, aku berpikir apa sebenarnya yang terjadi. Mengapa semua ini terjadi. Hingga akhirnya aku ingat doaku setiap hari, bahwa aku ingin menjadi sosok yang sabar. Aku memohon kepada-Nya untuk menjadikanku seorang istri dan ibu yang baik. Aku terus menghubungkan titik demi titik dan akhirnya aku mengerti mengapa semua ini terjadi. Semakin keras aku melawan, maka semakin sakit yang kurasakan. So? Just follow it and Trust Him. Allah pasti punya rencana dan aku tau rencana itu pasti baik. Selalu aliri dirimu dengan hal-hal yang positif, walaupun kau dihadapkan dengan banyak hal negatif. Di saat kau melangkahkan kakimu keluar rumah, jangan lupa tersenyumlah dan katakan pada dunia "AKU SIAP MENJALANI HARI INI!!!" 
Tetaplah menyapa orang lain dan jangan pernah berkecil hati jika mereka tak membalas, teruslah berjalan dan yakin di perjalanan pulang akan ada seseorang tersenyum kepadamu meski ia tak mengenalmu. Percayalah, Allah mengirimkan orang itu untuk membalas sapaanmu yang tak terbalaskan. Keep smile...
Untuk temanku yang mungkin ada yang galau... Liat foto dibawah ini.. Jeng Jeng..


Foto ini mengajarkan kita, dimana saat kita merencanakan dan berharap hasil dari foto ini adalah saat dimana kita telah dalam keadaan melompat, tapi jika yang pegang kamera punya kehendak lain maka jadilah seperti ini.. hehehehe.. Foto ini akan selalu dan terus membuatku tertawa. Terima kasih untuk fotografer dan para modelnya.. hahahahaha...




Rabu, 24 Agustus 2016

Gagal Fokus???

Gagal fokus. Apa itu gagal fokus? Menurutku gagal fokus adalah suatu keadaan dimana seseorang kehilangan konsentrasi dalam memahami apa yang didengar ataupun yang terjadi di sekelilingnya.
Belakangan ini aku sering disebut 'gagal fokus'. Entah kenapa, aku memang sering kepleset paham tentang sesuatu yang dibicarakan orang-orang di sekitarku. Aku juga sering lupa akan sesuatu seperti apa yang baru akan kukerjakan atau apa yang akan kuambil. Sebenarnya apa yang terjadi denganku?
Aku mencoba browsing dan mencari penyebab seseorang bisa kehilangan konsentrasi. Berikut beberapa penyebab yang kudapatkan :

  1. Kurang Olah Raga. Sepertinya masuk akal juga. Aku nggak ingat kapan aku terakhir kali olah raga. Menghabiskan waktu di kantor dan menghabiskan liburan di tempat tidur atau di dapur. Waaah, aku benar-benar nggak punya waktu untuk olah raga, eh mungkin lebih tepatnya nggak pernah meluangkan waktu untuk olah raga. Mungkin akhir minggu ini bisa kucoba.
  2. Makan Tidak Teratur. Kalau penyebab yang satu ini tak kupungkiri. Selain makan nggak teratur, aku juga nggak punya standar makanan yang sehat. Makanan cepat saji dan terlalu berminyak biasanya jadi menu andalan harianku. Selain itu makan dengan tergesa-gesa (soalnya takut telat ke kantor hehe..), ini juga merupakan kebiasaan burukku dalam hal makan. 
  3. Depresi. Hmmm.. untuk yang satu ini mungkin pernah aku alami tanpa sadar. Aku seseorang yang sulit dalam mengontrol emosi. Ada kalanya aku memiliki perasaan sedih, sangat sedih tapi aku tak tahu kenapa. Aku hanya ingin bersedih dan menangis. Ada kalanya ada hal kecil yang dapat membuatku marah besar, walaupun pada akhirnya aku akan menyesalinya. Aku akan mencoba untuk lebih memahami diri sendiri. Mungkin dengan itu, aku bisa mengontrol emosiku.
  4. Terlalu Banyak Kegiatan. Ya, tepat sekali. Jika di kantor aku masih punya waktu untuk istirahat atau bersantai, lain halnya dengan di rumah. Aku seorang ibu dengan tiga orang anak, membuatku sulit untuk bersantai. Mungkin solusinya aku harus membagi tugas di rumah. 
Aku akui aku mengalami 4 hal di atas. Tapi tak ada yang tak bisa diperbaiki, aku akan mencoba mengobati 'gagal fokusku' dengan menghindari empat hal di atas. O iya, menuangkan isi hati dalam sebuah tulisan katanya juga bisa memperbaiki konsentrasi. Just try!

Kamis, 07 Juli 2016

Happy Ied Mubarak 1437H

Hari ini hari kedua idul fitri 1437H. Belum telat untuk ngucapin minal aidin walfaidzin.. Mohon maaf lahir dan batin ya semuanya. Khususnya untuk sahabat-sahabatku Uphie, Athy, Lingling and Sansan. Maaf atas kesalahan-kesalahan selama ini ya..
Happy Ied Mubarak 1437H :D

Selasa, 07 Juni 2016

Rammadhan 1437H

Gak terasa dah Bulan Ramadhan. Alhamdulillah masih diberi kesempatan menikmati Bulan yang penuh berkah ini. Hari ini hari kedua aku berpuasa. Hari pertama puasa kemarin alhamdulillah dilewati dengan baik, walaupun abis sholat Isya kepalaku puyeng gak karuan. Semuanya berputar-putar. Gak tau kenapa ya? Gara-gara makan udang kah? Padahal cuma makan sedikit. Atau karna dah lama gak puasa kali yak. Maklum, terakhir ikut berpuasa di Bulan suci Ramadhan tahun 2013. Karna hamil 2 kali berturut-turut jadi dua kali Ramadhan gak bisa puasa. Sekarang pertama kali puasa lagi kondisi tubuh jadi aneh. Masih adaptasi kayanya. Mudah-mudahan puasa kali ini lancar. Aamiin...
Buat teman-temanku semua.. Selamat menunaikan ibadah puasa ya.. Semangat!!!

Sabtu, 28 Mei 2016

Tak Ada yang Abadi

Malam yang sepi. Benar-benar sepi. Aku rindu, tapi mungkin tak berbalas. Sudahlah, semuanya memang telah berubah. Semuanya..
Tak seharusnya aku terus berharap semuanya sama seperti dulu dan tidak berubah selamanya. Itu tak akan pernah terjadi.
Ditinggalkan atau meninggalkan. Itulah kehidupan, semuanya berputar, semuanya bergerak, semuanya berubah. Tapi mengapa aku masih disini? Duduk sendiri dan berharap semuanya sama seperti yang dulu.
Setelah melihat barisan huruf itu, kini aku sadar bahwa semuanya memang sudah berubah. Terima kasih telah menyadarkanku bahwa aku memang harus berjalan.

Minggu, 22 Mei 2016

Kilas Balik

Waaahhhh... sepertinya sudah lama sekali aku meninggalkan blog ini ya. Postingan terakhir akhir tahun 2014 and now pertengahan 2016. Tapi gak papalah ya.. Jadi sekarang mumpung ada waktu, aku mau update my blog lagi.. check this out!
Akhir tahun 2014 setelah melahirkan anak kedua dan dirundung segala kisah sedih dalam keluargaku, aku masih terus menjalani hidupku. Dan mungkin masih dengan kisah sedih itu. Pertengkaran demi pertengkaran terus terjadi di rumahku yang semakin hari terasa semakin tak nyaman. Kebohongan, harapan, keputusasaan, kebahagiaan, kekecewaan datang silih berganti.. Dan selama itu, yang berperan antagonis dalam kehidupanku tak lain dan tak bukan adalah my brother. The one and only, my mother's son. anak yang paling disayang oleh orang tuaku, berkali-kali membuat masalah dan menciptakan neraka bagi rumah tanggaku. Berkali-kali rumah tanggaku berada di ambang kehancuran hanya karena perbuatanya, kebohongannya. Hal itu tak pernah kulupakan. Alasan yang membuat aku bertengkar dengan ibuku, suamiku, dan kadang memarahi anakku. Lagi dan lagi berurusan dengan polisi. Hmmm.. annoying. He is not a good brother. I hate him. He said that he loves our family, he didn't wanna hurt us.. but what's happened? karena dia semuanya berantakan, tak ada cinta di rumah.. hanya kebencian. Ibuku tak pernah menyukai suamiku karena dia. Even she always tries to hide her feeling but I know she'll never love my husband.
O iya, di tahun 2015 aku hamil anak ketiga. Aku pernah berusaha untuk menggugurkannya. Entah apa yang aku pikirkan kala itu, mungkin aku memang sudah gila. Beruntung suamiku menyadarkanku dan hal tersebut kuurungkan. Aku memutuskan untuk tetap mempertahankannya.
Dengan perutku yang semakin besar, dan beban yang terasa semakin berat kupikul. Aku pernah bertengkar hebat dengan kakak laki-lakiku itu dengan perut yang sudah berumur sekitar 7 bulan. Ia melakukan hal yang membuatku tak bisa menegakkan kepala, memalukan. Aku marah dan dia terus menerus memancing kemarahanku. Mengatakan sesuatu yang membuatku semakin menggila. Semoga kemarahanku ini tak berdampak pada kehamilanku, hanya itu harapanku kala itu. Mungkin itu adalah pertengkaran terakhir antara aku dan kakakku itu. Karena dia sungguh sangat ingin hidup bebas di Surabaya, akhirnya diputuskan untuk segera memulangkannya ke Surabaya. 'Memulangkan?' aku tak tau apa kata itu pantas digunakan. Kami tak punya apa-apa disana dan itulah yang membuatku tak habis pikir, mengapa dia begitu menginginkan ke Surabaya daripada tetap bertahan disini dan menjadi seseorang yang berguna dan hidup lebih baik. Tapi itulah yang diinginkan, I let him go..
Keadaan rumah berangsur membaik meskipun kadang terjadi pertengkaran sedikit antara aku dan ibuku. Alasan pertengkaran tersebut ya karena sedang membicarakan kakak laki-lakiku itu. That's why aku gak pernah tertarik untuk membahasnya. Kalau ibuku mulai pembicaraan tentang dia, aku berusaha untuk segera mengakhiri pembicaraan itu.

25 Desember 2015 aku melahirkan seorang anak perempuan. My new strength. I love her, Bianca Azkadina Supardi :-)

Di tahun 2016 ini aku mulai meminta kebahagiaanku yang tertunda selama ini. Sedikit demi sedikit kutata kembali kehidupanku yang kemarin hampir berubah menjadi puing-puing. Belakangan ini juga aku sering bertengkar sih dengan suamiku, entahlah, dia sedikit lebih keras kepala sekarang. tapi.. semuanya akan baik-baik saja.
O iya dua sahabatku telah menyandang gelar M.Hum nih. Selamat yaa untuk Aryati Hamzah, SS, M.Hum dan Upi Laila Hanum, SS, M.Hum. Aku tau semua gak mudah untuk dilalui, dan kalian hebat guys.. Sukses terus ya.. 
Hmmm.. untuk San san yang sudah berencana akan menikah, selamat juga yaa.. Persiapkan dengan baik dan semoga semuanya berjalan dengan lancar. And Dian apa kabar? Sudah tak pernah mendengar kabarmu lagi.. but I hope u always be fine. Semoga kita semua bisa ngumpul lagi ya guys.. Mungkinkah di acara wisudanya uphie? atau pernikahannya sansan? hehehe.. 
Aku mikirnya kejauhan ya, sedangkan yang deket aja aku belum bisa temuin. Athy... maafkan aku.. I love u walaupun aku belum bisa ke rumahmu, suatu hari di kala libur nanti aku akan melarikan diri dari hiruk pikuknya rumahku dan menemuimu say.. 
Mengakhiri tulisan ini, aku mau ngasih sedikit kata-kata mutiara yang aku copas dari artikel yang barusan aku baca tadi. Gini nih bunyinya :
"Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut"
Okay, Bye My Bestfriend.. aku hanya bisa menyapa kalian lewat tulisan. Semoga kalian baca dan perlu kalian tau aku selalu mencintai kalian dan tak akan pernah melupakan semua yang telah kita lalui selama ini. Semoga kalian semua berbahagia guys. Miss u all..

Senin, 29 Desember 2014

Unforgettable Moment

Akhir-akhir ini suasana rumah sedang tidak menyenangkan. Kembalinya DIA di rumah membuat suasana rumah sedikit lebih panas. Beberapa kali terjadi pertengkaran yang aku sendiri menganggap semua itu lantaran sesuatu yang sepele. Mereka terlalu membesar-besarkan dan membuat pertengkaran semakin menjadi. Aku tak pernah berkeinginan untuk ikut campur dalam pertengkaran mereka, selama tidak benar-benar mengganggu telingaku.
Aku mulai muak dengan pertengkaran yang kerap terjadi. Rumah yang kubangun dengan harapan tenteram dan nyaman tinggal di dalamnya, tampaknya hanya akan menjadi angan-angan saja selama DIA masih tinggal di rumah ini. Aku pun sudah tak ada niat untuk bicara dan berbaik hati dengannya. Mulutku akan menjadi kaku saat mulai berhadapan dengannya. Sungguh tak lagi ada keinginan untuk berbicara dengannya.
Cincin Kawinku?..
Aku memutuskan untuk mengambil cuti lebih awal dari tanggal perkiraan melahirkan. Mengapa? Selain aku merasa lelah bekerja dengan perut buncit yang telah berumur Sembilan bulan, aku juga sering merasakan sakit yang aku pikir itu sudah tanda-tanda waktu melahirkan sudah dekat. Memang Pemerintah memberikan kebijakan cuti selama tiga bulan bagi pegawai yang akan melahirkan, akan tetapi aku hanya akan mengambil cuti selama satu bulan. Aku pikir terlalu banyak pekerjaan yang kutinggalkan di kantor, mengingat awal tahun adalah saat dimana pekerjaanku menumpuk dan tak ada yang bisa menyelesaikan. Ya, semua teman-temanku telah mempunyai tugas masing-masing. Akan terlalu berat rasanya jika pekerjaanku harus dibagi lagi kepada mereka. Selain itu, akan lebih membosankan berada di rumah terlalu lama apalagi tak ada yang menjamin pertengkaran tak akan terjadi lagi di rumah.
Sudah dua minggu aku istirahat di rumah, belum juga ada tanda-tanda aku akan melahirkan. Rasa sakit yang sering aku rasakan di akhir aku bekerja pun sudah tak pernah lagi aku rasakan selama aku cuti. Yang ada aku malah merasa semakin gendut, pastilah berat badanku naik lagi. Hmm.. jariku pun tampak membesar. Cincin yang melingkar di jari manisku pun terasa sedikit sempit. Aku jadi teringat cincin kawin yang telah lama kutanggalkan lantaran selama ini memang longgar di jariku. Cincin itu sudah lama kusimpan karna takut terlepas dari jariku. Karna kulihat jariku sudah agak gendutan, mungkin saja cincin itu sekarang pas. Segera kubuka lemari pakaianku, meraba di tumpukan baju paling bawah. Aku menyimpan cincin itu disana. Tapi, kok nggak ada? Seingatku aku tak pernah memindahkan barang itu kemana-mana. Aku yakin aku menyimpannya disana. Segera aku memberi tahu  suamiku akan hal itu. Ia mencoba untuk menenangkanku dan memintaku mencarinya sekali lagi. Aku pun langsung membongkar semua isi lemari. Berharap cincin itu terselip di suatu tempat. Tapi, harapan itu sirna. Cincin itu tak kutemukan. Aku dan suamiku hanya saling bertatapan. Ya, cincin itu hilang. Seseorang telah mengambilnya. Kami yakin itu. Kami sama-sama tahu siapa yang patut dicurigai dalam hal ini. Sungguh tak ada orang lain yang berani mengambil barang-barang kami selain DIA. Itu bukan barang yang pertama yang pernah ia ambil tanpa sepengetahuan kami. Aku tak bisa lagi berkata-kata. Hanya kata ‘tega’ yang terus terucap di hatiku. Suamiku memintaku untuk mengikhlaskannya. Ia tahu barang itu sudah tak ada lagi. Percuma mempertanyakannya, hanya akan membuat keributan di rumah ini lagi. Sungguh tak bisa dipercaya, DIA setega itu terhadapku.
Akhirnya Hari itu Datang Juga..
Tanggal 10 Desember 2014 pukul 9 pagi, kulihat ada bercak darah keluar dari daerah kewanitaanku. Sepertinya ini tanda-tanda aku akan segera melahirkan. Tapi, tak ada rasa sakit. Ini akan menjadi kali kedua aku melahirkan, tapi jujur tanda-tanda yang ada kini berbeda ketika aku akan melahirkan anak pertama. Ketika aku akan melahirkan anak pertama, hanya rasa sakit yang aku rasakan terlebih dahulu. Tak ada darah, tak ada pecah ketuban seperti yang orang-orang ceritakan. Kali ini aku hanya melihat bercak darah. Ah, mungkin aku harus menunggu tanda-tanda berikutnya. Mungkin aku harus menunggu rasa sakit itu muncul.
Tak hanya tanda-tanda itu yang membuatku bingung hari ini, tiba-tiba anak pertamaku sakit. Diare dan demam. Sungguh sedih rasanya melihat keadaan anakku yang sedang sakit. Lalu bagaimana jika benar aku akan melahirkan. Itu artinya aku harus meninggalkan ia hanya berdua dengan ibuku. Cepat sembuh nak.
Di saat aku sedang sibuk mengurus anakku yang sedang sakit, DIA datang dan bermaksud ingin meminjam sepeda motorku. Sebenarnya aku sudah enggan bicara dengannya, apalagi meminjamkan sesuatu kepadanya. Akan tetapi aku hanya ingat satu hal, bahwa DIA bukanlah orang lain bagiku. Tak tega juga rasanya jika menolak permintaannya. Akhirnya aku meminjamkan sepeda motorku. Sebelumnya aku berpesan agar tak memakainya terlalu lama karena aku akan memakainya. Mungkin hari ini aku akan melahirkan, keberadaan sepeda motor di rumah pastilah sangat dibutuhkan jika terjadi apa-apa. Begitulah pesanku sebelum akhirnya ia membawa sepeda motorku pergi entah untuk kepentingan apa, aku pun tak begitu peduli dengan alasan yang ia utarakan padaku. Aku tahu itu hanyalah bohong belaka.
Sampai sore hari, tak ada tanda-tanda berikutnya bahwa aku akan melahirkan. Malah tak ada tanda sama sekali. Tak ada bercak darah, tak ada rasa sakit. Suamiku yang mengetahui hal itu merasa sedikit khawatir. Ia mengajakku untuk memeriksakan diri ke rumah sakit. Akhirnya aku pun menurutinya hanya untuk memastikan bahwa hal ini bukanlah sesuatu yang berbahaya.
Kami berdua kemudian pergi ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit segera aku utarakan kepada dokter tentang tanda-tanda yang aku alami tadi pagi. Kemudian aku diperiksa oleh perawat. Benar saja, pembukaan satu. Dokter menyarankan agar aku segera rawat inap, tapi aku tahu bahwa pembukaan satu adalah awal perjalanan. Tentu aku akan mati kebosanan berada di rumah sakit menunggu hingga waktu melahirkan. Selain itu, aku mengingat anakku yang sedang sakit di rumah. Aku masih ingin bersamanya saat ini. Akhirnya dokter mengizinkan aku pulang dengan catatan untuk segera kembali ke rumah sakit jika telah merasa sakit atau tanda-tanda lain seperti pecah ketuban contohnya.
Dalam perjalanan pulang, suamiku menanyakan tentang sepeda motorku yang tak ada di rumah. Aku katakan DIA meminjamnya tadi pagi dan sampai sekarang belum pulang. Tak ingin berpikir yang tidak-tidak saat ini, hanya berharap ia segera kembali.
Sesampainya di rumah, aku segera menemui anakku. Kuajaknya ia untuk segera tidur. Hanya dengan beberapa lagu kunyanyikan, ia sudah terlelap. Tak lama aku pun memutuskan untuk tidur, esok pagi mungkin akan menjadi hari yang melelahkan. Suamiku yang biasanya selalu terlambat tidur pun memutuskan untuk segera tidur.
Pukul 04.00 dini hari, aku terbangun. Kurasakan basah di daerah kewanitaanku. Tapi, hanya sedikit basah. Itukah namanya pecah ketuban. Aku benar-benar tak yakin. Orang bilang pecah ketuban itu mengeluarkan air yang banyak. Segera aku tanyakan ibuku, tapi tanggapannya tidak terlalu meyakinkan. Hmm.. ya, mungkin beliau sudah lupa. Sudah 26 tahun yang lalu terakhir ia merasakan hal seperti yang aku rasakan saat ini.
Suamiku bangun dengan panik begitu aku memberitahukan mengenai sesuatu yang ‘basah’ itu.  Ia langsung beranjak dari tempat tidur dan memintaku bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit. Akhirnya aku dan suamiku pergi ke rumah sakit, meninggalkan anakku yang masih tidur. Kuminta ibu untuk menjaganya selama aku tak di rumah.
Dengan sepeda motor putih milik suamiku, kami berangkat menuju rumah sakit. Jalanan masih gelap dan dingin. Rumah-rumah masih tertutup rapat. Lampu teras mereka pun masih menyala. Hanya beberapa kendaraan yang melintas di jalanan yang sama dengan yang kami lalui. Ada penjual sayur, becak motor dan beberapa mobil yang pastinya mereka punya kepentingan sendiri-sendiri pagi ini.
Kami melalui jalan bypass. Jalanan ini sering kulalui jika akan pergi ke kantor. Pagi hari yang masih gelap seperti ini jalanan ini terasa lengang. Terasa lebih panjang dari biasanya. Dan juga terasa lebih dingin. Aku dan suamiku hanya berdiam diri melalui jalanan ini. Entah apa yang ada dalam pikiran suamiku, aku pun tak tahu apa yang kupikirkan saat itu. Benar-benar merasa kacau. Kutenangkan diriku hanya dengan diam.
Sesampainya di rumah sakit, aku langsung menuju ruang VK. Aku tak tau apa kepanjangan dari singkatan itu, tapi yang kutahu disanalah tempat dikumpulnya para calon ibu yang akan dan telah melahirkan. Kulihat banyak yang terbaring dengan selang-selang infuse terjulur di tangan mereka. Kebanyakan dari mereka telah melahirkan. Hanya ada beberapa yang masih buncit sepertiku. Dokter yang sedang berjaga saat itu memintaku berbaring di tempat tidur yang masih kosong. Ia akan segera memeriksaku. Dokter yang kutemui tadi malam, ia masih mengenaliku dan tertawa kecil saat tahu aku kembali lagi sepagi ini. Ia menanyaiku beberapa pertanyaan yang segera kujawab dengan mudah. Hehehe tentu saja, hanya pertanyaan tentang riwayatku melahirkan. Bukan soal ujian yang mengharuskan aku menghafal banyak buku. :D
Dokter telah memeriksaku. Pembukaan dua, dokter itu memberitahuku sambil berlalu. Astaga, baru pembukaan dua.
Pukul 5.00 pagi, aku mulai merasa sakit tapi tak terlalu. Aku mengenali rasa sakit itu. Sakit yang kemudian menghilang, dan tak lama terasa sakit lagi. Pernah kurasakan dua tahun lalu. Rasa sakit ini akan menjadi sangat menyakitkan selang berjalannya waktu, kucoba untuk mengumpulkan keberanian dan kesabaran. Aku harus lebih kuat, kali ini aku tak ingin mengeluh kesakitan seperti saat pertama aku melahirkan. Aku sadar kali ini hanya aku berdua dengan suamiku. Aku tak mau membuatnya panik dan bingung. Saat sakit itu datang, aku akan segera beranjak dari tempat tidurku dan berjalan-jalan sebentar sambil menggosok-gosokkan tanganku di punggung. Aku kembali ke tempat tidur saat sakit itu menghilang.
Welcome to the World, Son..
Entah sudah berapa kali aku diperiksa selama berada di ruang VK. Berganti-ganti pula orang yang datang memeriksaku. Ada kalanya dokter, bidan, perawat, dan lebih seringnya mahasiswa dari sekolah kesehatan yang sedang PKL di rumah sakit itu. Rasa sakit yang aku rasakan pun semakin menjadi. Terasa lebih sakit dari awalnya. Kuhibur diriku dengan bermain game, mendengarkan music bahkan memperhatikan dokter-dokter ganteng yang mirip actor korea hehehe..
Sakit dan sangat sakit. Lama-lama aku tak sanggup berjalan. Aku terbaring di tempat tidur dengan rasa sakit yang teramat itu. Kugenggam tangan suamiku, berharap mendapatkan kekuatan darinya. Tiba-tiba.. Pok! Seperti ada yang pecah. Kurasakan daerah kewanitaanku kemudian mengeluarkan air. Air yang sangat banyak hingga membasahi pakaian yang kukenakan saat itu. Ini baru pecah ketuban. Segera kuberitahukan suamiku dan ia pun pergi untuk memberitahu perawat. Ia tampak panik. Kadang aku ingin tertawa jika mengingat ekspresi wajahnya saat itu. Ia sangat panik dan bingung.
Beberapa wanita berseragam putih mendatangiku. Salah satu diantaranya memeriksaku, melihat air yang membasahiku. Ia meminta wanita yang berseragam putih lainnya untuk memasangkanku pampers. Lho kok? Kan airnya sudah keluar? Hmm.. entahlah apa maksudnya tapi aku pasrah aja. Aku lebih peduli dengan rasa sakit yang sudah memuncak ini.
Di tengah-tengah kebingungan suamiku, tiba-tiba tetangga rumahku datang. Seorang wanita yang lebih tua beberapa tahun dariku. Kami memang akrab. Aku meemberitahunya saat masuk rumah sakit dan ia berjanji akan datang. Ia menepati janjinya di saat yang tepat. Ia melihatku merasakan sakit, menanyaiku beberapa pertanyaan yang untuk menjawabnya aku membutuhkan kesabaran karna kekuatanku terbagi dengan menahan rasa sakit ini tanpa harus teriak-teriak. Ia kemudian menggosok-gosok punggungku dan suamiku tetap disampingku dengan terus menggenggam tanganku. Di saat sakit itu datang dan aku tak sanggup lagi menahannya, ia hanya membisikkanku untuk kuat dan sabar.
Pukul 15.30 aku merasa bayi yang ada di perutku ini akan segera keluar. Wanita yang tadi mengobati sakitku dengan terus menggosok-gosokkan tangannya di punggungku itu pun langsung berlari memberi tahu perawat. Segera dokter dan perawat menghampiriku, memeriksaku sebentar dan kemudian meminta agar aku dipindahkan ke ruang bersalin. Tetap dengan suami dan tetanggaku yang terus berada disampingku.
Setibanya di ruang bersalin, dokter itu memintaku berdiri dan pindah ke tempat tidur bersalin. What??? Anda sudah gila? Bayinya sudah mau keluar bu dokter. Nggak mau. Terjadi perdebatan kecil saat itu antara aku dan dokter yang akhirnya bu dokter mengalah dengan membiarkanku melahirkan di tempat tidur pertamaku dari ruang VK. Tak lama. Hanya beberapa kali mengedan kemudian terdengar suara nyaring tangisan seorang bayi. Welcome to the World Son.
Akhirnya, seorang bayi tampan berkulit putih (mudah-mudahan gak luntur :D) dengan berat 3,3 kg dan panjang 51 cm telah lahir. Dialah putra keduaku. Alhamdulillah, tak henti-hentinya kupanjatkan syukur kepada Allah SWT yang masih melindungiku hingga anakku lahir dengan selamat.
Panggil Aku ‘Dul’
Sudah dua minggu setelah kelahiran putra keduaku, tapi belum juga ada sebuah nama yang cocok di hati suamiku untuk diberikan padanya. Memang, suamiku meminta agar ia yang mencarikan nama untuk putra kedua kami. Beberapa usulan yang aku berikan pun ditolak. Sudah banyak yang bertanya ‘siapakah nama si kecil?’ yang kemudian kujawab belum ada. Agak mengherankan memang karna sudah dua minggu lebih bayi mungil ini belum memiliki nama. Akhirnya aku memutuskan untuk memanggilnya ‘Dul’. Nama panggilan yang sederhana tapi aku menyukainya. Semoga kamu juga menyukainya nak. :)
Kebahagiaan Esok Hari..
Kuakui kelahiran putra keduaku ini ada banyak musibah yang kualami. Sampai saat tulisan ini aku selesaikan, DIA tak kunjung pulang. Hilang bersama sepeda motorku. Sepeda motor pertama yang pernah kumiliki.
Walaupun DIA tak ada lagi di rumah, kerap aku masih merasakan ketidaknyamanan tinggal di rumah itu. Masih ada orang yang tak bisa mengerti keadaanku saat ini. Ada kalanya aku merasa tersudutkan. Sedih rasanya. Tapi ku coba terus untuk kuat. Kucoba untuk mengikhlaskan semuanya. Aku akan baik-baik saja. Masih ada suamiku yang terus menghiburku. Ada anak-anakku yang menjadi penyemangatku. Kuharap semua musibah yang sedang kami alami ini adalah ujian yang menjadikannya penghapus segala dosa kami. Kami pasti bisa melalui semua ini. Aku yakin semua akan tergantikan dengan sesuatu yang lebih baik.
Akan ku buang jauh-jauh segala kesedihan dan kebencian dalam diriku. Kusambut tahun baru dengan suka cita. Esok kuharap akan menjadi hari yang lebih baik. Happy New Year 2015..